Program: Sosial – Santunan Anak Yatim November 2020

Sebagaimana kita ketahui bersama, saat ini tengah merebak wabah penyakit Covid-19 yang melanda hampir di seluruh dunia. Dimana banyak terdapat perubahan dalam gaya hidup dan keseharian kita untuk mengurangi resiko penularan dan dampak yang timbul akibat penyakit tersebut.

Sebagai seorang muslim, maka kita yakini ini adalah musibah yang Allah turunkan sebagai sebuah ujian. Dan layaknya sebuah ujian, maka kita dituntut untuk menyikapi musibah ini sesuai koridor yang telah diteladankan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Yaitu berupa amalan-amalan dan juga mengambil hikmah atas apa yang telah Allah takdirkan pada diri kita dan juga seluruh umat manusia.

Salah satu hikmah sebagaimana yang disampaikan Ibnul Qayyim rahimahullah, mengatakan bahwa manfaat sedekah yang bisa menjadi pencegah malapetaka (bala). Continue reading

Aman dan Damailah Negeriku

Oleh: Syaikh Ali Hasan al-Halaby Hafizhahullah
Diterjemahkan dengan bahasa bebas dari ceramah yang beliau hafizhahullah sampaikan di Batam, pada tanggal 15 Agustus 2015
Video rekaman ceramah live terlampir

Seorang hamba senantiasa berada dalam limpahan nikmat dari Allâh Azza wa Jalla yang sangat banyak. Nikmat pada agama, pada urusan dunia, pada dirinya sendiri, pada keluarga dan seluruh perkara yang kita rasakan dalam kehidupan ini. Nikmat-nikmat ini menuntut kita untuk bersyukur dan memuji Allâh, Rabb seluruh alam, sang Pemberi dan, Pencurah semua kenikmatan tersebut. Oleh karena itu diantara nikmat yang Allâh Azza wa Jalla karuniakan kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan yang senantiasa kita baca sepanjang hari dalam setiap shalat dalam surah al-Fâtihah. Kita menyatakan: Continue reading

Ketaatan Kepada Allah dan Rasulullah serta Keutamaannya

Sungguh, mendengar dan taat kepada Allah dan kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan suatu keutamaan dan sebab diantara sebab-sebab keberuntungan di dunia dan diakhirat. Jadi apabila kita ingin beruntung menjadi orang-orang yang menang, hendaknya kita taat kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak memaksiati Allah dan Rasul-Nya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّـهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٥١﴾

“Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. An-Nur [24]: 51)

Keutamaan yang kedua adalah bahwa mendengar dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan sebab mendapatkan kesuksesan, kemenangan di dunia dan di akhirat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَمَن يُطِعِ اللَّـهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّـهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ ﴿٥٢﴾

“Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS. An-Nur [24]: 52) Continue reading

Etika Terhadap Pemimpin

Seorang muslim yang baik, pastilah memiliki adab dan akhlak yang baik. Dan salah satu sifat tersebut adalah adab dan akhlak terhadap pemimpin Negara.

Suatu masyarakat haruslah ada pemimpinnya, baik itu seorang yang pantas maupun tidak pantas untuk memimpin, hal itu karena adanya pemimpin akan sangat berpengaruh kepada keamanan rakyat dan stabilitas negara. Jika bangsa aman, maka rakyat akan dapat beribadah dengan tenang. Oleh karenanya, para salaf mengatakan, “Tujuh puluh tahun berada dibawah pemimpin yang zalim lebih baik daripada satu malam tanpa pemimpin.”

Namun sering kali jika yang memimpin tidak sesuai dengan kehendak, kemudia terasa berat untuk mentaatinya, sekalipun dalam hal yang ma’ruf. Maka sikap ini tidaklah sesuai dengan etika islam. Karena itu hendaknya setiap muslim mengetahui adab terhadap pemimpin agar menjadi rakyat yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Diantara adab tersebut adalah:

  1. Mendoakan pemimpin

Imam Al-Barahari berkata, “ Jika engkau melihat seseorang mendoakan kejelekan bagi penguasa maka ia adalah pengikut hawa nafsu, dan bila engkau melihat seseorang mendoakan kebaikan bagi penguasa, maka ketahuilah bahwa ia adalah pengikut sunnah.” (Syarhus Sunnah, hal. 328) Continue reading

Yang Membuat Pemuda ini Menangis

Apa yang Membuat Pemuda ini Menangis – Kisah taubatnya seorang pemuda

Saya melakukan perjalanan pulang setelah melakukan safar yang cukup lama. Setelah mengambil posisi di pesawat, qadarullah, posisiku di dekat sekelompok pemuda yang doyan hura-hura. Ketika tertawa dibuat terbahak-bahak, dan terlalu banyak bersenda gurau. Tempat itupun penuh dengan bau rokok mereka.

Ketika itu, pesawat penuh penumpang, sehingga tidak memungkinkanku untuk berpindah tempat. Ingin sekali aku pergi dari tempat ini, biar aku bisa istirahat. Sesak rasanya duduk bersama mereka. Aku hanya bisa menenangkan pikiranku dengan mengeluarkan mushaf dan membaca Al-Quran dengan suara pelan.

Beberapa saat kemudian, kondisi mulai tenang. Ada diantara pemuda ramai itu mulai membaca koran, ada yang sudah mulai tidur. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan salah satu pemuda yang hura-hura duduk di sampingku: cukup..cukup…! Saya mengira dia merasa terganggu dengan suaraku. Akupun minta maaf, dan melanjutkan baca Al-Quran dengan suara pelan yang hanya bisa kudengar. Continue reading

Puasa Yang Sempurna Menghasilkan Hati Dan Lisan Yang Lurus

Tahukah kita, salah satu barometer untuk menilai akhlak seseorang buruk atau baik adalah dengan cara kita melihat dari ucapan yang keluar dari lisannya.

Dan orang paling buruk kedudukannya pada hari kiamat di sisi Allah adalah orang yang ditinggalkan masyarakat, ditinggalkan oleh teman-temannya, ditinggalkan oleh manusia. Kenapa? Karena takut dengan lisannya yang buruk.

Sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

“Seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR. Al-Bukhari no. 6484 dan Muslim no. 161)

Lisan sering dilepaskan begitu saja tanpa penjagaan sehingga keluar darinya kalimat-kalimat yang membinasakan pengucapnya. Ghibah, namimah, dusta, mengumpat, mencela dan teman-temannya, biasa terucap. Terasa ringan tanpa beban, seakan tiada balasan yang akan diperoleh. Membicarakan cacat/cela seseorang, menjatuhkan kehormatan seorang muslim, seakan jadi santapan lezat bagi yang namanya lisan.

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah menerangkan Hadith Riwayat Bukhari di atas adalah sebagai berikut, “Kaum muslimin selamat dari lisannya di mana ia tidak mencela mereka, tidak melaknat mereka, tidak mengghibah dan menyebarkan namimah di antara mereka, tidak menyebarkan satu macam kejelekan dan kerusakan di antara mereka. Ia benar-benar menahan lisannya. Menahan lisan ini termasuk perkara yang paling berat dan paling sulit bagi seseorang. Sebaliknya, begitu gampangnya seseorang melepas lisannya.”

Seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari lisannya, yakni ia menahan lisannya dari mereka. Tidak menyebut mereka kecuali dengan kebaikan. Ia tidak mencaci, tidak mengghibah, tidak berbuat namimah dan tidak menebarkan permusuhan di antara manusia. Dia adalah orang yang memberikan rasa aman kepada orang lain. Bila ia mendengar kejelekan, ia menjaga lisannya. Tidak seperti yang dilakukan sebagian manusia –wal ‘iyadzubillah– bila mendengar kejelekan saudaranya sesama muslim, ia melonjak kegirangan kemudian ia menyebarkan kejelekan itu di negerinya. Orang seperti ini bukanlah seorang muslim (yang sempurna imannya).” (Syarh Riyadhish Shalihin, 1/764) Continue reading

Adab Berinteraksi Dengan Lawan Jenis

Pernah denger komentar kayak gini gak?
“Ah… sok alim, Lu. Cuman cewek gitu aja cemen…” atau
“Gua sih biasa-biasa aja, gak ngerasa gimana-gimana gitu.”
Mungkin ada yang pernah dengar komentar lain yang semacamnya sebagai pembenaran yang dikemukakan saat seseorang bergaul dengan lawan jenis. Dengan alasan merasa biasa saja dan tidak merasakan adanya ketertarikan baik secara lahir maupun batin saat berinteraksi dengan lawan jenis, seseorang bisa menganggap bercanda, ngobrol-ngobrol, bahkan hingga tertawa terbahak-bahak saat bergaul dengan lawan jenis menjadi suatu hal yang lumrah.
Padahal Islam mengajarkan adanya batasan berinteraksi antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram dan meminimalkan bercampur baur. Continue reading

Jual Beli Kredit Beda Harga Daripada Harga Tunai, Bolehkah?

Tanya: Jika kita menjual barang dengan variasi harga, dimana harga kredit lebih mahal dibandingkan harga tunai, apakah ini hal yang diperbolehkan atau dilarang?
[Disertai video Ust. Erwandi Tarmizi dan Ust. Ammi Nur Baits]

Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Kita akan membawa kasus ini kepada hadis yang melarang jual beli 2 harga,
Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ بَيْعَتَيْنِ فِى بَيْعَةٍ
Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dua transaksi jual beli dalam satu transaksi jual beli. (HR. Ahmad 9834, Nasai 4649, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).
Dalam riwayat lain dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ بَاعَ بَيْعَتَيْنِ فِى بَيْعَةٍ فَلَهُ أَوْكَسُهُمَا أَوِ الرِّبَا
Siapa yang melakukan 2 transaksi dalam satu transaksi maka dia hanya boleh mendapatkan kebalikannya (yang paling tidak menguntungkan) atau riba. (HR. Abu Daud 3463, Ibnu Hibban 4974 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).
Umumnya jual beli kredit memberikan pilihan lebih dari satu harga. Ada harga tunai, dan ada harga kredit dengan rentang waktu tertentu. Harga kredit umumnya lebih mahal dibandingkan harga tunai. Apakah transaksi semacam ini termasuk jual beli 2 harga? Continue reading

Panahan, Olah Fisik Anjuran Nabi

Alhamdulillah, dalam beberapa bulan terakhir di Libo Camp telah hadir aktivitas olahraga yang tidak hanya membawa manfaat secara fisik namun juga pahala amalan Sunnah -InsyaAllah. Panahan hadir sebagai salah satu kegiatan di bawah Masjid Al Mujahidin Libo Camp sebagai sarana olahraga Islami sekaligus dakwah. Mengusung visi “Archery for FUN”, olahraga panahan diharapkan memberi pelajaran tidak hanya dari sisi fisik saja namun juga semangat persaudaraan dan juga mengikuti apa yang Rasulullah ajarkan. Dimana “Archery for FUN” memiliki makna Focus Learning, Ukhuwwah Islamiyah, dan sunnah Nabi.

Olaraga panahan merupakan bentuk i’dad persiapan kekuatan terhadap diri seorang muslim dan termasuk orang yang siap menjadi garda terdepan dalam membela Agama dan Negara. Oleh karena itu Rasulullah Saw memotivasi umat nya dengan hadits berikut :

مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ وَلَمْ يُحَدِّثْ نَفْسَهُ بِالْغَزْو مَاتَ عَلَى شُعْبَةِ من نِفَاقٍ

Artinya : “Barangsiapa mati dan belum berperang dan tidak pernah bercita-cita untuk berperang, maka ia mati dalam salah satu cabang kemunafiqan” ( HR. Abu Dawud 2141)

Continue reading

Memegang Bara Api di Akhir Zaman

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ

Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api (HR. Tirmidzi no. 2260. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Mungkinkah zaman yang dimaksud adalah zaman kita sekarang?
Sebab, betapa susahnya berpegang dengan agama yang haq dan menetapi sunnah al-Mushthafa shallallahu ‘alaihi wa sallam di zaman kita ini! Betapa beratnya bersabar dalam keterasingan memegang al-haq di tengah manusia yang menyelisihi!
Apapun dan bagaimana pun keadaan di zaman kita ini, yang jelas hadits di atas terkandung di dalamnya berita dan bimbingan. Continue reading